23 June 2009

Nasehat untuk Anggota Dewan yang Baru Terpilih (#4)

Oleh : Budi Rahardjo, Anggota KOMBES, budjo_bujel@yahoo.com

Nasihat #4 : Menjalin Kemitraan dengan Media (wartawan).


Kita tahu, media (cetak, tv, radio, online) memiliki peran yang strategis dalam proses-proses demokrasi dan pembangunan yang transparan, accountable, efektive, efisien. Melihat fungsinya itu.., agak identik dengan sebahagian fungsi Dewan. Maka Iya nggak iya…, kesamaan fungsi harusnya menjadi faktor pendorong bagi terbangunnya sebuah kolaborasi (kalo nggak suka dengan istilah kolaborasi-karena ada konotasi nggak baik-mari kita pakai istilah kemitraan).

Kemitraan itu ibarat menyatukan dua kekuatan menjadi satu. Sehingga kekuatan yang satu itu menjadi lebih powerful. Dalam kisah Saur Sepuh yang melegenda, Brahma Kumbara memiliki musuh yang sangat tangguh, yakni Gardika. Dalam sebuah pertarungan, Brahma dibuat kocar-kacir oleh ajian serat jiwanya Gardika. Tapi kemudian seekor Burung Rajawali menjadi mitra Brahma. Burung rajawali ini kemudian dalam prosesnya berhasil membantu Brahma untk mendapatkan ilmu yang lebih tinggi dari kitab yang ditulis oleh Kakek Astagina. Ilmu serat jiwa pada tingkat paling tinggi berhasil dikuasai. Dengan ilmu itu.., Brahma bisa mengalahkan Gardika yang hancur lebur jadi tepung.


Sama..., kemitraan media dan anggota dewan adalah agar kekuatan yang ada pada masing-masing pihak ini menjadi lebih powerful menghadapi musuh-musuh demokrasi, musuh-musuh pembangunan bersih. Musuh birokrasi yang menghambat. Musuh berupa kebiasaan buruk bermain dibawah tangan, dibalik meja kerja dan jenis kongkalingkong lainnya. Maka saya menasehatkan kepada para anggota dewan untuk:

1. Bergaullah secara sadar dan Genuine dengan orang-orang media. Baik wartawannya maupun pemimpin redaksinya. Pergaulan yang secara sadar dan geunine ini dimaksudkan bukan sekedar basa-basi karena memiliki kesamaan fungsi, tapi karena memang memiliki agenda bersama. Yang harusnya berkawan bukan instansi dewan dengan organisasi media massa. Melainkan si fulan yang anggota dewan dan si Anu yang seorang wartawan. Yang dihubungkan melalui kemitraan ini adalah kepedulian hati anggota dewan dengan ketajaman mata pena wartawan. Bukan hubungan antara lembaga dewan perwakilan dan sebuhan kantor penerbit koran.

2. Kenali Media yang eksis di masyarakat. Kalo di Brebes pasti ada kompas terbitan jawa tengah, ada suara merdeka, ada radar pekalongan dan mungin ada media lokal lainnya. Pastikan wartawan yang anda jadikan mitra itu berasal dari media yang eksis. Syukur media yang bonafide.

3. Jangan memilih bermitra dengan wartawan bodrek. Sekali anda diminta uang oleh seseorang yang mengaku wartawan..., segera coret nama wartawan itu. Dan jangan ada niat bermitra dengannya. Wartawan semacam ini, bisa juga menjual anda ke orang lain tanpa sepengetahuan anda untk kepentingan uang bagi dirinya. Wartawan dari media yang bonafid nggak akan minta uang. Saya jamin, anda nggak perlu membayar sejumlah uang agar mereka menulis atau nggak menulis tentang sesuatu. Mungkin cukup sesekali ajak mereka moci atau makan malam bersama. Jangan sekali-kali ngasih uang kepada wartawan.

4. Pada awal anda duduk menjadi anggota dewan..., undanglah wartawan untuk meeting. Bukan untk jumpa pers. Tapi untuk membangun kesepakatan. Sehingga dari awal nggak ada pembicaraan uang. Jumpa dengan wartawan ini bisa anda selenggarakan sendiri sambil moci atau makan malam, atau bersama teman se fraksi.

5. Sesekali lakukan kunjungan ke kantor media/dapur redaksi. Agar kemitraan terjalin makin erat, nggak hanya di kalangan orang lapangannya tapi juga para pemimpinnya.

6. Ajak wartawan mitra anda itu ketika anda melakukan kunjungan ke lapangan.
7. Kalo anda mau..., cobalah sisihkan waktu untk mengikuti pelatihan jurnalistik. Agar anda bisa menghayai peran media. Mungkin cukup 3 hari. Dan 3 hari itu nggak akan membuat anda ketinggalan kerjaan di dewan.

Itulah beberapa nasehat praktis dari saya. Sekedar berbagi pengalaman, saya punya tips bagaimana menghindar dari wartawan bodrek.

Suatu ketika dalam sebuah acara seremonial di Desa Ulak Segelung di Indralaya Kabupaten Ogan Ilir, sekitar 1.5 jam dari Kota Palembang, saya dikerubutin beberapa orang yang menyodorkan tape recorder dan beberapa lagi sibuk mencatat apa yang saya katakan. Di tengah proses wawancara itu..., saya menerima SMS dari kawan wartawan yang ikut dalam rombongan saya. Isinya pendek saja. ”.. mas budjo..., anda lagi dikerubutin wartawan Bodrek”. Saya kemudian memanggil wartawan yang kirim SMS, dan memperkenalkan kepada wartawan bodrek itu.., dan akirnya mereka surut pelan-pelan. ., dan nggak ada yang berani minta ini dan itu setelahnya. So.., keberadaan wartawan dari media yang bonafide akan membuat wartawan bodrek dari media yang nggak jelas akan minder...

Namun ingat..., semua nasehat itu berlaku hanya dan hanya jika anda memang mau berjuang demi tegaknya demokrasi, demi suksesnya pembangunan yang bersih, demi terciptanya good government.

Kalo anda sendiri berniat plelengan.., berniat mengkhianati amanah rakyat..., maka jangan dekat-dekat wartawan. Lebih baik anda menghindar dan bersembunyi bila ada wartawan yang mendekat.

Tapi sialnya..., wartawanpun tahu bahwa seorang anggota dewan yang nggak mau didekati wartawan.., pasti ia menyimpan sesuatu yang nggak mau diketahui oleh wartawan. Menyimpan kebusukan. Kalo nggak menyimpan kebusukan... , mengapa musti menghindar dari Media Massa....

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home