23 June 2009

Nasehat untuk Anggota Dewan yang Baru Terpilih (#4)

Oleh : Budi Rahardjo, Anggota KOMBES, budjo_bujel@yahoo.com

Nasihat #4 : Menjalin Kemitraan dengan Media (wartawan).


Kita tahu, media (cetak, tv, radio, online) memiliki peran yang strategis dalam proses-proses demokrasi dan pembangunan yang transparan, accountable, efektive, efisien. Melihat fungsinya itu.., agak identik dengan sebahagian fungsi Dewan. Maka Iya nggak iya…, kesamaan fungsi harusnya menjadi faktor pendorong bagi terbangunnya sebuah kolaborasi (kalo nggak suka dengan istilah kolaborasi-karena ada konotasi nggak baik-mari kita pakai istilah kemitraan).

Kemitraan itu ibarat menyatukan dua kekuatan menjadi satu. Sehingga kekuatan yang satu itu menjadi lebih powerful. Dalam kisah Saur Sepuh yang melegenda, Brahma Kumbara memiliki musuh yang sangat tangguh, yakni Gardika. Dalam sebuah pertarungan, Brahma dibuat kocar-kacir oleh ajian serat jiwanya Gardika. Tapi kemudian seekor Burung Rajawali menjadi mitra Brahma. Burung rajawali ini kemudian dalam prosesnya berhasil membantu Brahma untk mendapatkan ilmu yang lebih tinggi dari kitab yang ditulis oleh Kakek Astagina. Ilmu serat jiwa pada tingkat paling tinggi berhasil dikuasai. Dengan ilmu itu.., Brahma bisa mengalahkan Gardika yang hancur lebur jadi tepung.


Sama..., kemitraan media dan anggota dewan adalah agar kekuatan yang ada pada masing-masing pihak ini menjadi lebih powerful menghadapi musuh-musuh demokrasi, musuh-musuh pembangunan bersih. Musuh birokrasi yang menghambat. Musuh berupa kebiasaan buruk bermain dibawah tangan, dibalik meja kerja dan jenis kongkalingkong lainnya. Maka saya menasehatkan kepada para anggota dewan untuk:

1. Bergaullah secara sadar dan Genuine dengan orang-orang media. Baik wartawannya maupun pemimpin redaksinya. Pergaulan yang secara sadar dan geunine ini dimaksudkan bukan sekedar basa-basi karena memiliki kesamaan fungsi, tapi karena memang memiliki agenda bersama. Yang harusnya berkawan bukan instansi dewan dengan organisasi media massa. Melainkan si fulan yang anggota dewan dan si Anu yang seorang wartawan. Yang dihubungkan melalui kemitraan ini adalah kepedulian hati anggota dewan dengan ketajaman mata pena wartawan. Bukan hubungan antara lembaga dewan perwakilan dan sebuhan kantor penerbit koran.

2. Kenali Media yang eksis di masyarakat. Kalo di Brebes pasti ada kompas terbitan jawa tengah, ada suara merdeka, ada radar pekalongan dan mungin ada media lokal lainnya. Pastikan wartawan yang anda jadikan mitra itu berasal dari media yang eksis. Syukur media yang bonafide.

3. Jangan memilih bermitra dengan wartawan bodrek. Sekali anda diminta uang oleh seseorang yang mengaku wartawan..., segera coret nama wartawan itu. Dan jangan ada niat bermitra dengannya. Wartawan semacam ini, bisa juga menjual anda ke orang lain tanpa sepengetahuan anda untk kepentingan uang bagi dirinya. Wartawan dari media yang bonafid nggak akan minta uang. Saya jamin, anda nggak perlu membayar sejumlah uang agar mereka menulis atau nggak menulis tentang sesuatu. Mungkin cukup sesekali ajak mereka moci atau makan malam bersama. Jangan sekali-kali ngasih uang kepada wartawan.

4. Pada awal anda duduk menjadi anggota dewan..., undanglah wartawan untuk meeting. Bukan untk jumpa pers. Tapi untuk membangun kesepakatan. Sehingga dari awal nggak ada pembicaraan uang. Jumpa dengan wartawan ini bisa anda selenggarakan sendiri sambil moci atau makan malam, atau bersama teman se fraksi.

5. Sesekali lakukan kunjungan ke kantor media/dapur redaksi. Agar kemitraan terjalin makin erat, nggak hanya di kalangan orang lapangannya tapi juga para pemimpinnya.

6. Ajak wartawan mitra anda itu ketika anda melakukan kunjungan ke lapangan.
7. Kalo anda mau..., cobalah sisihkan waktu untk mengikuti pelatihan jurnalistik. Agar anda bisa menghayai peran media. Mungkin cukup 3 hari. Dan 3 hari itu nggak akan membuat anda ketinggalan kerjaan di dewan.

Itulah beberapa nasehat praktis dari saya. Sekedar berbagi pengalaman, saya punya tips bagaimana menghindar dari wartawan bodrek.

Suatu ketika dalam sebuah acara seremonial di Desa Ulak Segelung di Indralaya Kabupaten Ogan Ilir, sekitar 1.5 jam dari Kota Palembang, saya dikerubutin beberapa orang yang menyodorkan tape recorder dan beberapa lagi sibuk mencatat apa yang saya katakan. Di tengah proses wawancara itu..., saya menerima SMS dari kawan wartawan yang ikut dalam rombongan saya. Isinya pendek saja. ”.. mas budjo..., anda lagi dikerubutin wartawan Bodrek”. Saya kemudian memanggil wartawan yang kirim SMS, dan memperkenalkan kepada wartawan bodrek itu.., dan akirnya mereka surut pelan-pelan. ., dan nggak ada yang berani minta ini dan itu setelahnya. So.., keberadaan wartawan dari media yang bonafide akan membuat wartawan bodrek dari media yang nggak jelas akan minder...

Namun ingat..., semua nasehat itu berlaku hanya dan hanya jika anda memang mau berjuang demi tegaknya demokrasi, demi suksesnya pembangunan yang bersih, demi terciptanya good government.

Kalo anda sendiri berniat plelengan.., berniat mengkhianati amanah rakyat..., maka jangan dekat-dekat wartawan. Lebih baik anda menghindar dan bersembunyi bila ada wartawan yang mendekat.

Tapi sialnya..., wartawanpun tahu bahwa seorang anggota dewan yang nggak mau didekati wartawan.., pasti ia menyimpan sesuatu yang nggak mau diketahui oleh wartawan. Menyimpan kebusukan. Kalo nggak menyimpan kebusukan... , mengapa musti menghindar dari Media Massa....


Selengkapnya ...

Nasehat untuk Anggota Dewan yang Baru Terpilih (#3)

Oleh : Budi Rahardjo, Anggota KOMBES, budjo_bujel@yahoo.com

Nasihat #3 : 5 (Lima) aspek perikehidupan manusia yang akan menjadi urusan anggota dewan.

Sampeyan akan bergabung (lebih tepatnya; di kelompok-kelompokan ) berdasarkan focus urusan yang akan dikelola. Biasanya akan ada 4 komisi yang membidangi berbagai hal aspek perikehidupan rakyat. Dari mulai urusan politik, pemerintahan, pembangunan, eknomi, social, keagamaan dll. Sampeyan nantinya boleh terkotak-kotak dalam Komisi dan juga dalam Fraksi-fraksi. Biarkanlah secara struktur organisasi kedewanan anda terkotak-kotak. Namun dalam pola pikir (mindset) sampeyan jangan ikut terkotak-kotak sedemikian rupa. Karena sesungguhnya peri kehidupan manusia itu nggak pernah bisa selesai dipandang/diurus dari sebahagian sisi saja.

Berikut ini cara yang bisa dipakai untk melihat sisi-sisi perikehidupan manusia yang kemudian nantinya terkait dengan proses-proses pembangunan yang akan sampeyan urus.
1. Aspek Fisik/infrastruktur . Kelayakan, kenyamanan, kepantasan perikehidupan manusia di dunia ini salah satunya ditentukan oleh kecukupan fasilitas atau ketersediaan sumberdaya fisik. Bangunan jalan, jembatan, gedung sekolah, rumah, tempat ibadah, rumah sakit, klinik, terminal, WC umum, taman, lapangan olah raga, listrik, telepon, alat transprotasi, dll.

2. Aspek Sosial. Seperti kita pahami.., manusia adalah mahluk sosial. Dalam dirinya ada kebutuhan untk berstruktur di masyarakat. Ada kebutuhan untuk berkumpul dan membuat aturan yang mengikat dirinya dan diri orang lain. Sehingga terbangun ketertiban sosial. Maka itu, kelembagaan- kelembagaan sosial semacam arisan, STM (serikat tolong menolong, LSM, lembagaan keswadayaan masyarakat, lembaga dan tataaturan adat, sangsi-sangsi sosial, majelis taklim dan forum keagamaan lainnya, lembaga dan tata aturan lokal, ikatan keluarga, ikatan perkawinan dll.

3. Aspek Financial. Pada masyarakat tradisional, kebutuhan sumberdaya financial mungkin belum muncul. Tapi pada masyarakat yang modern, dimana sisi-sisi kehidupannya makin kompleks, maka ada kebutuhan untuk mendapatkan dukungan financial agar apa yang mereka lakukan kemudian bisa masuk dalam kancah pasar. Karena senyatanya kita nggak lepas dari peran pasar. Ketersediaan sumberdaya financial akan mendinamisir proses-proses produksi di masyarakat. Dan masyarakat yang produktif adalah masyarakat yang mandiri. Sumberdaya financial tidak harus selalu dalam bentuk Bank. Ada banyak pilihan: usaha bersama, simpan pinjam, micro credit, credit union, arisan, telitian, jimpitan, dll. Akses ke sumberdaya financial ini akan sama pentingnya dengan issue akses masyarakat terhadapa sumberdaya alam.

4. Ketersediaan sumberdaya alam. Iya nggak iya.., manusia yang merupakan bagian dari alam, hidup tergantung pada sumberdaya alam. Kelangkaan sumberdaya alam yang bisa digunakannya akan membuat manusia mengalami paceklik. System pengelolaan sumberdaya alam yang nggak berpihak pada kepentingan masyarakat luas, akan sama dengan memisahkan sumberdaya alam dengan manusianya. Dan itu berarti kemiskinan. Itulah yeng terjadi di Brebes. Banyak rakyat berpredikat petani, tapi nggak punya lahan. Banyak rakyat tinggal di desa tapi nggak punya lahan. Akibatnya mereka merana dimana-mana. Jadi tki, jadi pelaut, jadi penarik ojek motor, ojek speda, jadi penjambret, PSK, aktivis LSM, pelayan warteg, pemilik pecel lele dan seafood di pinggir jalan raya seantero nusantara, kernet, supir dll. So.., tentu tidak harus semua orang memiliki lahan. Tapi bagaimana semua orang memiliki akses terhadap sumberdaya alam yang penting bagi daya dukung kehidupannya itu masih bisa dikelola. Dan Sampeyan anggota DPRD akan punya urusan untk itu, khususnya dalam memformulasikan aturan-aturan untuk maximizing pemanfaatan sumberdaya alam di kawasan Brebes.

5. Sumberdaya Manusia. Selain keberuntungan…, yang membedakan sampeyan, para anggota dewan terpilih, dengan tukang becak di alun-alun brebes adalah pendidikan. Pendidikan telah membuat sampeyan naik kelas. Mungkin ada diantara sampeyan yang berasal dari keluarga kere. Tapi karena orang tua sampeyan sadar, dan sampeyannya juga sregep, maka sampeyan naik kelas. Nggak seperti orang tua sampeyan. Pendidikan (apapun bentuknya) diyakini telah menjadi pilihan umun bagi manusia untk meningkatkan kualitas dirinya. Dan kualitas diri itulah yang akan menentukan seseorang akan berhasil atau akan terjungkal. Tentu ada faktor lain.., yakni nasib, atau ketentuan tuhan.

Nah..., sampeyan yang ada di dewan..., apapun komisinya nanti.., urusan yang akan sampeyan kelola tidak akan jauh-jauh dari 5 urusan itu. Lain-lain dari pada itu hanyalah cengkunek-cengkunek . Misalnya urusan loby-loby dengan eksekutif, loby-loby antar fraksi, antar komisi, menghadapi ’serangan dari LSM’, menghadapi ancaman KPK, atau ada jaksa yang jail itu semua cengkunek-cengkunek (hal-hal remeh temeh yang kadang merepotkan). Tapi main bussiness (urusan utama ) sampeyan adalah: mengelola ke lima hal terseut diatas agar tersedia secara optimal bagi rakyat. Tentu bukan tanggung jawab samyena untk menyediakan ke lima hal tersebut. Tapi tugas utama sampeyan dalam konteks ini adalah merumuskan tata aturan, melalui perda-perda, dan persetujuan- persetujuan terhdapa keputusan eksekutif yang mengatur kelima hal tersebut.

Kalo mau di terjemahkan secara explisit, misalnya: Anda tidak punya tanggungjawab untuk menjadi kontraktor yang akan membangun gedung, jembatan, jalan dan ll. Tapi kewajiban anda adalah bagaimana membuat aturan-aturan agar ketika pemerintah daerah dan stakeholder lainnya bisa membangun jembatan, gedung, jalan yang berkualitas baik bagi masyarakat.

Atau anda (sebagai angggota dewan) memberikan uang kepada kelompok masyarkat agar masyarakat itu bisa membangun WC umum. Tapi kalo anda mau bersedakah ya monggo saja... asal yang disedekahkan adalah uang anda sendiri. Bukan uang APBD/N.


Selengkapnya ...

Nasehat untuk Anggota Dewan yang Baru Terpilih (#2)

Oleh : Budi Rahardjo, Anggota KOMBES, budjo_bujel@yahoo.com

Nasehat #2 : Banyak Memberi, Sedikit Meminta

Nasehat ini agak panjang dan sedikit serius. Jadi mohon sabar untk membacanya.


Pak Arpan, seorang guru tua yang hidup miskin mengajar murid-murid miskin di kampung miskin, mengajarkan kepada para muridnya begini: Berpikirlah untuk memberikan sebanyak-banyaknya dan jangan berpikir untuk menerima sebanyak-banyaknya. Ajaran Pak Arpan itu terasa sangat menusuk kemanusiaanku, ketika aku tahu bahwa murid-muridnya itu adalah anak-anak dari keluarga miskin. Demikian yang kita saksikan pada adegan di Laskar Pelangi. Lantas apa yang melandasi konstruksi pikiran pak guru itu untuk mengajarkan Banyak Memberi dan Sedikit Meminta? Mari kita kupas.

Ustadz dan kyai tradisionil dalam memberikan pengajian di kampung-kampung yang saya sering ikuti pada masa kecil, sering kali mengajarkan bagaimana manusia itu.., lahir dalam keadaan telanjang. Polos. Tak berharta, tak berilmu. Seperti kertas putih yang belum tertoreh tinta. Demikian selalu para kyai mengingatkan titik berangkat sejarah dari tiap individu manusia yang ada di muka bumi. Dan demikian memang adanya.

Pada detik seorang jabang bayi dilahirkan…, Ceprot…!!, maka mulailah ia menerima berbagai anugerah. Pakaian, ASI, airhangat untuk mandi, kado dari sanak saudara, ilmu, pengetahuan, doa-doa dan harapan, kasih sayang, warisan, pusaka dan sebagainya. Demikian terus-menerus ia menerima demikian berlimpah anugerah, baik dari orang tua, saudara, lingkungan sekitar, bahkan entah dari siapa orang yang nggak dikenalnya. Sepaaanjang hidupnya seseorang akan terus menruuss menerima berbagai macam anugerah.

Nah.., pertanyaanya.., adakah alasan bagi seseorang untuk tidak meneruskan anugerah yang ia dapatkan kepada orang lain..?

Adakah hak seseorang untuk menyimpan bagi dirinya sendiri atas anugerah yang ia terima dari orang lain…? Tentu kita tahu jawaban dari pertanyaan sederhana itu.
Ada sebuah cerita nyata yang ditulis di harian berbahasa Ingris yang terbit di ibukota, The Jakarta Post, di pertengahan tahun lalu. Dikisahkan, ketika Anand Khrisna datang ke India untuk bertemu Dalai Lama di pengasinganya, Sang Dalai Lama mengatakan bahwa ia belajar dari Indonesia sesuatu yang sangat penting dan fundamental bagi sikap hidup dan ajarannya. Anand Khrisna pun bingung dan bertanya.., apa yang dipelajari sang Dalai Lama itu dari negeri yang lagi karut marut ini... Lantas Dalai lama menceritakan, bahwa ketika ia mengunjungi Indonesia pada saat dirinya masih muda, ia belajar tentang konsepsi TERIMA-KASIH. Tidak ada bangsa lain yang mengungkapkan rasa terima kasih seperti bangsa Indonesia yang menggunakan kata TERIMA-KASIH. Thank You dari bahasa Inggris tidak diartikan TERIMA dan KASIH. Demikian juga dengan kata Dhanyabad dalam bahasa Nepal Maturnuwun (jawa), Mauliate (batak), soon (madura), maraming selamat po (agalog), Kap Kuhn Krap (thailand), dan Xie Xie (china) bukan berarti TERIMA dan KASIH. Terima dan kasih itu sebuah proses resiprokal.

Setiap saat, kita menerima anugerah dan menerima energi kosmos. Dan manusia yang menerima berhak untuk mengasihnya kembali. Dan makin tinggi kualitas manusia, maka makin tinggi pula kualitas yang ia kasihkan. Maka, pada saat ia menerima sesuatu yang buruk, negatif, jahatpun.., ia mengasih sesuatu yang positif dan yang baik.
Jadi.., secara kultural, bangsa Indonesia sendiri telah memiliki dasar filosifis dalam mendorong anak-anak bangsanya untuk mengasih manakala ia menerima.

Martabat manusia itu akan muncul dan mengemuka, manakala ia memberi. Bukan saat ia meminta-minta. Orang merasakan kebahagiaan bukan saat ia meminta. Melainkan saat ia memberi. Kemanusiaan seseorang akan manifes/mengejawantah mana kala ia memberi. Bukan mana kala ia meminta-minta.

Adakah diantara kita, yang pernah menyaksikan seorang pengemis, ketika meminta-minta menampakan rona muka kebahagiaannya?? Tak satupun... bahkan mereka malu. Setidaknya dalam hatinya ada yang ia ingkari. Ia mengikari martabatnya sendiri. Itulah.., mengapa, Rasul Allah melalui hadistnya mengajarkan bahwa tangan di atas lebih mulai dari pada tangan di bawah. Kemuliaan itu urusannya dengan martabat. Hakikat kemanusiaan seseorang lebih tinggi manakala ia memberi.

Dengan demikian bisa dipahami, mengapa pak Arpan mengajarkan murid-muridnya untuk memberi sebanyak-banyaknya. Karena sesungguhnya yang sedang ia bangun adalah martabat anak didiknya. Yang sedang ia bangun adalah karakter anak didiknya agar mampu menjadi manusia yang bermartabat. Manusia yang bisa merasakan nikmatinya ketika ia memberi. Manusia yang mulai karena tangannya ada di atas.
Mari kita lihat relevansinya nasihat ini untuk anggota dewan.

Kita tahu..., begitu anda dilantik menjadi anggota dewan.., akan ada demikian banyak prefilege (keuntungan, keistimewaan, kekhususan dll) yang diterima. Dari mulai gaji yang memadai, tunjangan rumah, listrik, uang sidang, uang reses, uang pakaian, kendaraan dinas, staff khusus, laptop, uang komunikasi, kesempatan jalan-jalan keluar negeri dan mungkin masih banyak lagi yang saya belum tahu.
Adakah alasan bagi sampeyan untuk tidak meneruskan apa yang sampeyan terima itu?? Adakah alasan sampeyan untuk hidup lebih makmur dari pada rakyat yang sampeyan wakili?

Terlebih, dengan posisi sampeyan sebagai Legislator, sampeyan telah diberkahi sebuah kesempatan untuk berbuat baik. Telah diberi kesempatan untuk merubah nasib orang lain. Sampeyan Diberi hak yang luar biasa dalam menentukan arah nasib bangsa. Diberi kesempatan untuk meluruskan yang salah.

Adakah alasan bagi sampeyan untuk tidak memberikan kesempatan bagi nasib orang lain/rakyat yang sampeyan wakili untuk berubah?
Adakah alasan bagi sampeyan untuk tidak memberikan orang lain untuk hidup lebih layak dari sampeyan?

Inilah saatnya bagi sampeyan untuk menjadi manusia yang lebih mulia. Dengan menempatkan tangan anda di atas. Inilah kesempatan bagi sampeyan untuk menjadi manusia yang bermartabat dengan memberikan bagian diri anda.

Inilah saat bagi sampeyan kesempatan untuk bisa merasakan kebahagiaan karena sampeyan akan memiliki kesempatan untuk bisa memberi.

Kami sebagai rakyat.., tidak akan meminta sebagian dari gaji sampeyan. Kami tidak akan meminta bagian dari jatah tunjungan komunikasi sampeyan. Kami tidak akan meminta nebeng mobil dinas sampeyan. Kami sebagai rakyat tidak akan mengungkit uang honor sidang sampeyan.

Karena kami, rakyat yang sampeyan wakili pun tidak ingin menjadi peminta-minta. Tidak ingin tangan kami di bawah.

Kami ingin sampeyan memberikan diri sampeyan. Tapi bukan harta sampeyan. Kami mengemis kepada sampeyan untuk menggunakan pikiran sampeyan untuk memikirkan agar nasib bangsa ini membaik. Kami mengemis kepada sampeyan untuk menggunakan hati sampeyan untuk merasakan derita rakyat yang sampeyan wakili. Kami meminta tangan dan kaki sampeyan untuk melakukan sesuatu yang bisa memperbaiki nasib rakyat yang sampeyan wakili.

Kami meminta Pulpen sampeyan hanya digunakan untuk meneken keputusan-keputusan yang berpihak kepada kami, karena kamilah rakyat yang sampeyan wakili. Kami meminta sampeyan menggunakan palu hanya untuk mengetok keputusan merubah nasib kami menjadi lebih baik.

Kami hanya berharap sampeyan terus berpikir untuk memberikan sebanyak-banyaknya, dan jangan berpikir untuk meminta sebanyak-banyaknya.

Silakan lihat nasehat seri berikutnya.


Selengkapnya ...

Nasehat untuk Anggota Dewan yang Baru Terpilih (5 Seri)

Oleh : Budi Rahardjo, Anggota KOMBES, budjo_bujel@yahoo.com

Sebagai sesama warga negara, dan juga sebagai rakyat, saya berhak memberikan nasihat kepada para wakil rakyat yang telah terpilih. Saya akan menyampaikan beberapa nasihat, masukan, ‘pelatihan’ kepada para anggota dewan yang baru terpilih. Sebagian akan saya sampaikan secara ringan, guyon, dan sangat teknis. Sebagian akan saya sampaikan secara serius, dalam, substantial. Kesemuannya akan saya tulis secara serial, dan akan saya kirim secara berkala.

Saya akan menyampaikan nasihat-nasihat tersebut melalui milis ini dan juga melalui saluran lain yang bisa saya gunakan. Dan saya mempersilahkan dan juga meminta tolong kepada kawan-kawan lain untuk meneruskan nasihat-nasihat tersebut melalui saluran lain, entah itu blog, milis, situs, atau dikirim langsung ke alamat email mereka, atau mau diprint dan dikirim via post ke para anggota dewan tersebut.

Baiklah saya akan memulai dengan nasihat yang paling sederhana:

Nasehat #1 : Adab Berpakaian A la Anggota Dewan.

Pada saat kita ada di bangku SMP, kita belajar tentang Well Groomed. Itu bagian dari pelajaran PKK. Aku masih ingat, nama guru yang mengajari aku topik itu adalah Bu Rokayah, tinggal di Keboledan Kec. Wanasari Brebes yang memang dia sendiri nampak well groomed, meski nggak canti secara fisik. Well Groomed itu artinya mengurus diri secara baik. Lebih luas bisa diartikan bahwa kesan orang akan diri kita, bisa timbul dari apa yang kita kenakan. Bagaimana kita ‘membungkus badan’ kita itulah inti topik pelajaran well Groomed itu.

Dan rupanya demikian adanya. Kita takut, segan, hormat melihat sosok tentara dalam seragam loreng. Meskipun pangkatnya hanya kuning bengkok satu. Mungkin kalo ia nggak berseragam.., akupun berani menegurnya kalo ia berbuat kurang ajar. Atau bahkan akupun bisa merobohkan dia dengan kemampuan ketrampilan beladiriku. Tapi kalo dia pakai seragam..., mendingan menghindar deh...

Tapi..., kepentingan bungkus-membungkus badan itu.., memang diperlukan untk kalangan yang memang profesinya/kerjaanya berhubungan dengan penampilan. Tentara, artis, peragawan, satpam, teller bank, pramugari, atau tukang ojek.

Panjenengan sebagai anggota dewan itu sudah ada pada posisi terhormat, bukan karena keppanjenenganian panjenengan dalam membungkus badan. Posisi Panjenengan terhormat, karena Panjenengan Nyunggi Wakul. Nyunggi Wakul yang isinya Nasinya rakyat. Karena di atas kepala Panjenengan semua ada kesejahteraan rakyat yang dipertaruhkan.

Konsekwensi logis dari itu.., maka yang menjadi pusat perhatian kami, sebagai rakyat nanti dalam melihat kiprah Panjenengan semua, itu pada bagaimana keseriusan (mohon maaf) isi kepala panjenengan, curahan hati panjenengan dan keringanan tangan dan kaki panjenengan dalam mengurus kesejahteraan rakyat. Bukan pada bagaimana Panjenengan berbakaian.

Manakala kami nanti melihat penampilan panjenengan yang kelewat klimis, lebay, kami akan berpikir dan berpersepsi bahwa ke klimisan pakaian Panjenengan itu hanya untk menutupi ketidak sanggupan pikiran, hati, tangan dan kaki panjenengan untuk mengurus kemakmuran rakyat.

Oleh karena itu..., mari kita simak apa yang seharusnya panjenengan nggak kenakan sebagai anggota DPRD/DPR.

1. Stelan Jas. Jangan kenakan Jas ketika sampeyan akan ketemu rakyat. Kalo sampeyan akan ketemu investor/bupati/menjadi wali atau saksi nikahan silahkan lah pakai. Aku yakin.., ketika sampeyan mengenakan stelan jas, sampeyan nggak akan bisa konsentrasi pada kerjaan. Panjenengan akan sibuk: menjaga agar sudut jas tidak terlipat ketika duduk, panjenengan akan merasa kegerahan, mata panjenengan akan selalu mengecek pada kerapihan jas, ujung lengan baju. Otak terus akan mikir: buka kancing jas.., tutup.., buka tutup... terus demikian. Tanpa jas.., panjenengan akan tetap terhormat.

2. Stelan Safari. Pakaian jenis ini.., sekarang banyak dipakai oleh petugas kemanan. Yang gunanya untk menyembunyikan piranti tugasnya yang ada di pinggang, dibawah ketiak atau di dada (bisa pistol, bisa alat komunikasi, bisa gas beracun dsb). Ketika melihat anggota dewan memakai stelan safari (dengan asesoris kancing segede klungsu dan mengkilat-kilat), yang nampak bukan kecerdasan otaknya, bukan kelembutan hatinya, bukan keramahan senyumnya, bukan keterbukaan tangannya untk membantu. Yang nampak malahan Panjenengan sepeti petugas keamanan yang nakut-nakutin rakyat.

3. Kaca Mata Hitam. Monggo pakai kacamata Rayben pas Panjenengan sedang wisata di pantai, atau sedang nyetir ke arah timur di pagi hari atau nyetir ke barat pada saat sore hari. Tapi bukan pada saat Panjenengan melakukan Kunker. Atau pada saat menerima demo rakyat. Secara psikologis, kacamata hitam itu menghalangi ppanjenenganngan panjenengan dari realitas yang ada di masyarakat.

4. Jangan menggunakan Topi yang ada nama Panjenengan di bagian samping kiri dan ada nama partai di samping kanan. Itu akan nampak ke kanak-kanakan. Kalo panjenengan mengenakan topi semacam itu.., kami akan memiliki kesan bahwa secara psikologis, Panjenengan masih berada pada tahapan meyakinkan identitas diri panjenengan. Padahal tahap itu harusnya udah berhenti ketika sampeyan berumur 25 tahun. Kami nggak mau dilayani, diwakili, dipimpin oleh orang-orang yang masih mencari jatidirinya. Panjenengan sebagai anggota dewan adalah orang yang udah mantap kepribadiannya. Kenakan topi sesuai kebutuhan acara. Panjenengan tentu tahu kapan memakai peci hitam, kapan pakai peci haji (bagi yang udah hadi), kapan makai topi baseball, kapan bakai cethok, kapan nggak harus pakai topi. Satu tip: ketika panjenengan bertemu petani di ladang, sawah atau kebun.., bukan berarti panjenengan harus pakai topi petani/topi cethok. Itu malahan lucu. Terkesan panjenengan itu mengada-ada dan cari muka. Tapi cethok bisa sampeyan pakai ketika sedang menyamar. Melakukan perjalanan ke kampung tanpa ingin diketahui/dikenali oleh orang yang panjenengan jumpai. Mission icognito

5. Jangan gunakan jam tangan berpenunjuk jarum. Gunakan jam yang ada angkanya. Dan angkanya cukup besar. Kalo panjenengan menggunakan jam yang menggunakan jarum, panjenengan akan memerlukan waktu lebih banyak untk melihat jam. Dan itu tidak sopan ketika panjenengan ada di tengah rakyat, ketika panjenengan sedang bersama rakyat. Panjenengan akan terlihat tergesa-gesa dan seolah tidak punya waktu banyak untuk rakyat. Gunakan jam tangan yang pakai angka dan angkanya cukup besar. Panjenengan cukup melirik jam itu secara diam-diam, dan panjenengan sudah bisa tahu jam berapa. Panjenengan nggak akan nampak tergesa-gesa di hadapan rakyat.

Kalo panjenengan Muslim.., tentu kita tahu batasan berpakaian. Hanya dua kata yang bisa menggambarkan bagaimana Rasul Allah berpakaian. SEDERHANA dan SUCI. Dan suci itu maknanya bersih dari najis dan bersih pula asal-usulnya.

Dalam pelajaran PKK di SMP tentang well groomed itu, Bu Rokayah juga mengajarkan aku bahwa untuk cantik dan gagah itu bukan berarti mahal. Tapi SERASI, SEDERHANA, RAPIH dan SESUAI KEADAAN.

Itu dulu nasihat saya kepada para anggota dewan yang baru terpilih (kembali). Nasihat yang ringan. Praktis. Teknis. Tapi akan sangat-sangat mempengaruhi kinerja panjenengan. Dan saya sampaikan dengan hati tulus.
Oh iya..., silahkan nasihat ini sampeyan sampaikan juga kepada Isteri panjenengan. Saya sering sekali melihat isteri pejabat yang lebih gaya dari suaminya. Dan saya yakin rakyat tidak menyukainya.

Silakan lihat seri nasehat berikutnya.


Selengkapnya ...

11 June 2009

Link

Link Instansi/Organisasi
Pemkab Brebes : www.brebeskab.go.id
Seputar Brebes : www.brebes.net
DPRD Brebes : www.dprd-brebes.go.id
Pemprov Jawa Tengah : www.jawatengah.go.id

Link Anggota KOMBES :

Gus Maul - Jakarta
Uclux - Tangerang
Soe Genk Gie - Jakarta
Jhon Mulya - Jakarta
Bintang Biru - Ciputat
Arief - Balikpapan
Arif - Brebes
Usman - Depok
Arbi - Surabaya

Jika Anda sudah bergabung bersama kami dan mempunyai web atau blog, segera sampaikan kepada kami untuk bisa lebih mengenal diri Anda. Terimakasih


Selengkapnya ...